Siapakah Antum ? Semut, Laba-Laba Atau Lebah?



Sifat manusia itu seringkali diibaratkan dengan semut, laba-laba dan lebah. Manusia yang berbudaya semut, senang menghimpun dan menumpuk sesuatu yang tidak untuk dinikmatinya. Ia menggali ilmu tetapi tidak mengolahnya lebih lanjut, sehingga jiwanya tetap saja gersang. Ia menumpuk-numpuk harta tanpa mengerti tentang makna dari harta tersebut, sehingga ia tetap saja merasa fakir. Ketamakannya sedemikian besarnya, sehingga tak jarang ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya, meskipun itu tidak berguna sedikitpun baginya.

Sedangkan manusia yang berbudaya laba-laba, tidak akan berpikir lagi bagaimana, dimana, dan kapan waktunya makan. Yang mereka pikirkan hanyalah siapa yang akan mereka lahap hari ini. Ia telah mendedikasikan hidupnya hanya untuk memangsa dan terus memangsa apa saja yang tergeletak dihadapannya tanpa kenal ampun. Bukan hanya membantai lalu memakan pejantannya usai selepas berhubungan, bahkan telurnya yang baru menetas pun saling memusnahkan antar sesama saudaranya.

Sebaliknya, manusia yang berbudaya lebah tidak akan menggangu, apalagi merusak. Tidak makan kecuali bersumber dari yang baik-baik. Tidak menghasilkan kecuali bermanfaat bagi orang banyak. Dan menyengat hanya ketika ia merasa terancam, itu pun dengan sengatan yang mampu menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu.

Di sekitar kita banyak sekali berkeliaran semut yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri. Demikian pula laba-laba, yang tidak pernah absen di pojok manapun lengkap dengan jaringnya yang siap menanti korban selanjutnya. Sedangkan lebah, menjadi mahluk yang paling sulit kita jumpai.

Kini, nampaknya kita manusia lebih suka berpartisipasi menambah jumlah perilaku semut dan laba-laba, ketimbang berlomba memperbanyak keutamaan sikap luhur yang dimiliki lebah.


Oleh: Ramli Ibrahim