Mengenal Benteng-Benteng yang Menjadi Wisata Sejarah di Gorontalo



Gorontalo
memiliki benteng bersejarah yang merupakan peninggalan bersejarah yang menjadi saksi atas perjuangan masyarakat Gorontalo dalam mempertahankan negara. Diartikel spesial ini De Portal Gorontalo akan mengulas dua benteng yang sampai sekarang berdiri kokoh dan dijadikan tempat wisata di daerah Serambi Madinah ini.

Benteng Otanaha - Kota Gorontalo

Benteng ini didirikan sebagai benteng pertahanan. Menurut sejarah, benteng ini dibangun oleh Raja Ilato pada tahun 1522 Masehi. Dengan prakarsa pemimpin-pemimpin kapal Portugis yang berhenti di pelabuhan Gorontalo. Benteng yang terbuat dari pasir, batu kapur dan telur Burung Maleo ini sangat kuat meskipun semennya terbuat dari telur.



Obyek wisata Benteng Otanaha berada di atas perbukitan Dembe I, Kota Barat, Propinsi Gorontalo, Pulau Sulawesi. Dari pusat Kota Gorontalo berjarak kurang lebih 8 km. Dari pusat Gorontalo, wisatawan dapat menggunakan transportasi umum becak motor (bentor) dengan waktu kurang lebih sekitar 20 menit.

Benteng Otanaha dibangun di sebuah bukit. Wisatawan yang berkunjung ke benteng ini harus melewati beberapa anak tangga dan 4 persinggahan. Anehnya, anak tangga di setiap persinggahan tidak sama jumlahnya. Dari perjalanan awal sampai ke persinggahan pertama berjumlah 52 anak tangga, dari pesinggahan pertama ke persinggahan kedua berjumlah 83 anak tangga, dari persinggahan kedua ke persinggahan ketiga berjumlah 53 anak tangga, dari persinggahan ketiga ke persinggahan keempat berjumlah 89 anak tangga. Dan untuk sampai ke benteng berjumlah 71 anak tangga.

Meskipun perjalanan untuk mencapai Benteng Otanaha sangat melelahkan, tetapi begitu wisatawan sampai di benteng, kelelahan tersebut seakan terbayarkan oleh panorama keindahan di sekitar benteng. Dari tempat tersebut, wisatawan juga dapat melihat keindahan Danau Limboto dari atas benteng.

Benteng Orange - Gorontalo Utara


Benteng Orange adalah simbol pertahanan bangsa portugis dan kolonial belanda ketika menginjakkan kakinya di Wilayah Gorontalo. Benteng Orange dibuat oleh Bangsa Portugis sekitar tahun 1630 silam. Uniknya, benteng ini dibuat oleh Bangsa portugis dan yang menggunakan adalah kolonial belanda. Benteng ini dulunya dikenal masyarakat Gorontalo dengan nama Lalunga.

Pemberi nama Orange pada benteng ini adalah seorang pimpinan kolonial Belanda pada masa itu yang bernama Mr. Snouck Orange. Jarang yang mengetahui, jika di Gorontalo Utara pernah terjadi sebuah peristiwa sejarah. Kini saksi sejarah ini dapat dilihat dari keberadaan Benteng Orange yang masih berdiri kokoh sejak 350 tahun yang lalu.

Benteng ini terletak di atas Bukit Arang Desa Dambalo Kecamatan Tomilito yang dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Tempat pembangunan Benteng Orange cukup strategis, dan tersembunyi disebuah bukit sekitar 600 meter dari jalan Trans Sulawesi. Setelah memasuki areal benteng, disana terpampang papan nama benteng yang bertuliskan ”Cagar Budaya Benteng Orange” oleh kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Suasana hangat dan sejuk menyambut siapapun yang mengunjungi situs sejarah ini karena areal benteng dipenuhi pohon ketapang yang rimbun. Dari pos induk ini, terlihat satu benteng besar yang kokoh disebelah kiri, dan ada lagi satu pos pengintai dibagian kanan, dengan 45 anak tangga untuk berada dipuncak pos pengintai. Dari pos pengintai ini terlihat jelas hamparan laut luas. Di pos pengintai, ada sebuah benteng perlindungan berbentuk bundar dengan ukuran sekitar 10 x 10 meter dan ketebalan dinding hampir setengah meter.

Untuk menembus benteng, harus meniti 139 anak tangga terbuat dari batu gunung. Setelah melalui tangga ke 78, ditemui ada sebuah pos penjagaan. Kemudian, ketika mencapai tangga ke 120 ada satu lagi pos penjagaan. Sayangnya, pos jaga tentara Portugis ini sudah rusak, sehingga yang terlihat hanya beton bersegi empat ukuran 2 x 2 meter. Perjalanan belum sampai disitu, untuk memasuki pintu gerbang benteng masih ada 29 anak tangga lagi.

Disamping kanan, ada post penjagaan lagi yang ukurannya cukup besar. Meski terlihat kumuh namun masih berdiri kokoh. Nampaknya, penjagaan dulu oleh Portugis sangat ketat. Setiap yang masuk harus diperiksa melalui penjaga pos.

Dibagian kanan benteng, ada lagi satu ruangan terbuka untuk ditempati meriam. 13 anak tangga harus dilalui untuk berada di tempat meriam ini. Dibagian ujung benteng, terdapat dua ruangan. Satu ruangan yang langsung mengarah ke laut sebagai tempat meriam dan satunya lagi sebagai ruang pelindung.

Pemugaran benteng Orange telah tiga kali di lakukan. Pertama, saat Belanda menduduki wilayah Gorontalo 350 tahun silam dan kedua pada tahun 1980 dipugar oleh bagian kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Dan baru-baru ini, dilakukan perbaikan. Itupun hanya beberapa bagian benteng misalnya, pagar benteng serta jalan menuju benteng.

Hal yang menarik di benteng ini yakni masing-masing ruangan ada tangga terowongan menuju tempat perlindungan bawah tanah. Dibawah tempat penempatan meriam, ada sebuah tangga menjulur kebawah yang menghubungkan dengan ruangan bawah tanah yang terletak dibagian tengah benteng utama ini. Karena, tangga ruang bawah tanah ini sudah tertimbun maka tidak bisa diprediksi berapa luas ruang bawah tanah tersebut.