Menpora Imam Nahrowi (Foto:Viva.co.id) |
Maklumat Kemenpora tersebut dimaksudkan agar kekecewaan pecinta sepak bola terhadap kondisi amburadulnya persepakbolaan tanah air, bisa terobati. Menpora berharap euforio final liga champions tsb mampu menghapus kesedihan rakyat Indonesias akibat sanksi yang dijatuhkan FIFA. Agar pula, rakyat Indonesia tidak berlarut-larut dalam kesedihan saat menyaksikan Timnas yang berlaga di Sea Games Singapura, dibantai negeri tetangga karena mainnya bak' anak ayam ditinggal mati induknya.
Dua kalimat pada paragraph di atas adalah eksperesi kekecewaan kawan saya akibat hukuman berat yang diterima sepakbola Indonesia karena Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi tidak mencabut SK Nomor 01307 tahun 2015 tentang Sanksi Administratif terhadap PSSI. Akibatnya, rakyat Indonesia harus rela menghapus mimpi mereka menyaksikan wakil Garuda beraksi di event Internasional.
Kemenpora kita ini kayaknya nda tahu cara mengolah 'si kulit bundar'. Kalau saja Imam Nahrawi mahir, pastilah ia tahu betul bagaimana nikmatnya nasionalisme berkecamuk saat menyaksikan anak-anak bangsa rela berdarah-darah di atas rumput hijau demi membela harga diri bangsanya, berapa pun banyaknya gol yang bersarang di Timnas kita.
Masih kata teman saya, yang bikin kesal lagi adalah, Menpora malah berpantun ria. Seolah-olah ia tidak merasakan kesedihan sebagaimana yang dirasakan oleh rakyat yg dipimpin Jokowi. Menpora telah mati rasa nasionalismenya, oleh karena kelihaiannya yg yang mumpuni di politik ketimbang dunia sepak bola. Ia lebih mahir mempecundangi kontra politiknya daripada berpikir keras mengngguli para lawan Timnas di lapangan hijau. Kebenciannya terhadap pengurus PSSI telah membunuh rasa cintanya kepada nasionalisme yg berkecamuk saat si kulit bundar dikocok elok oleh penggawa Timnas Garuda muda.
Oleh: Ramli Ibrahim